Kamis, 05 Desember 2013

ASUHAN KEPERAWATAN LEUKIMIA



ASUHAN KEPERAWATAN LEUKIMIA
ANATOMI FISIOLOGI

a         A. Anatomi
Sel darah putih, leukosit adalah sel yang membentuk komponen darah. Sel darah putih ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh. Sel darah putih tidak berwarna, memiliki inti, dapat bergerak secara amoebeid, dan dapat menembus dinding kapiler / diapedesis. Dalam keadaan normalnya terkandung 4x109 hingga 11x109 sel darah putih di dalam seliter darah manusia dewasa yang sehat - sekitar 7000-25000 sel per tetes. Dalam setiap milimeter kubil darah terdapat 6000 sampai 10000(rata-rata 8000) sel darah putih .Dalam kasus leukemia, jumlahnya dapat meningkat hingga 50000 sel per tetes. Di dalam tubuh, leukosit tidak berasosiasi secara ketat dengan organ atau jaringan tertentu, mereka bekerja secara independen seperti organisme sel tunggal. Leukosit mampu bergerak secara bebas dan berinteraksi dan menangkap serpihan seluler, partikel asing, atau mikroorganisme penyusup. Selain itu, leukosit tidak bisa membelah diri atau bereproduksi dengan cara mereka sendiri, melainkan mereka adalah produk dari sel punca hematopoietic pluripotent yang ada pada sumsum tulang. Leukosit turunan meliputi: sel NK, sel biang, eosinofil, basofil, dan fagosit termasuk makrofaga, neutrofil, dan sel dendritik. Ada beberapa jenis sel darah putih yang disebut granulosit atau sel polimorfonuklear yaitu:
1.      Basofil.
2.      Eosinofil.
3.      Neutrofil dan dua jenis yang lain tanpa granula dalam sitoplasma:
1.       Limfosit
2.       Monosit.
B.   Fisiologi 
F            fisiologi sel darah manusia
1.       Leukosit 
Leukosit adalah sel darah  berinti. Di dalam darah manusia, jumlah normal leukosit rata-rata 5000-9000 sel/mm3, bila jumlahnya lebih dari 12000, keadaan ini disebut leukositosis, bila kurang dari 5000 disebut leukopenia. Dilihat dalam mikroskop cahaya maka sel darah putih mempunyai granula spesifik (granulosit), yang dalam keadaan hidup berupa tetesan setengah cair, dalam sitoplasmanya dan mempunyai bentuk inti yang bervariasi, yang tidak mempunyai granula, sitoplasmanya homogen dengan inti bentuk bulat atau bentuk ginjal. Terdapat dua jenis leukosit agranuler : limfosit sel kecil, sitoplasma sedikit, monosit sel agak besar mengandung sitoplasma lebih banyak. Terdapat tiga jenis leukosir granuler: Neutrofil, Basofil, dan Asidofil (eosinofil) yang dapat dibedakan dengan afinitas granula terhadap zat warna netral basa dan asam. Granula dianggap spesifik bila ia secara tetap terdapat dalam jenis leukosit tertentu dan pada sebagian besar precursor (pra zatnya). Meski masing-masing jenis sel terdapat dalam sirkulasi darah, leukosit tidak secara acak terlihat dalam eksudat, tetapi tampak sebagai akibat sinyal-sinyal kemotaktik khusus yang timbul dalam berkembangnya proses peradangan. (Effendi, 2003)
Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral organisme terhadap zat-zat asingan. Ketika viskositas darah meningkat dan aliran lambat, leukosit mengalami marginasi, yakni bergerak ke  arah perifer sepanjang pembuluh darah. Kemudian melekat pada endotel dan  melakukan gerakan amuboid. Melalui proses diapedesis, yakni kemampuan leukosit untuk menyesuaikan dgn lubang kecil lekosit, dapat meninggalkan kapiler dengan menerobos antara sel-sel endotel dan menembus kedalam jaringan penyambung. Pergerakan leukosit di daerah intertisial pada jaringan meradang setelah leukosit beremigrasi, atau disebut kemotaktik terarah oleh sinyal kimia. (Effendi, 2003).
Jumlah leukosit per mikroliter darah, pada orang dewasa normal adalah 4000-11000, waktu lahir 15000-25000, dan menjelang hari ke empat turun sampai 12000, pada usia 4 tahun sesuai jumlah normal. Variasi kuantitatif dalam sel-sel darah putih tergantung pada usia. waktu lahir, 4 tahun dan pada usia 14 -15 tahun persentase khas dewasa tercapai. (Effendi, 2003).
Fungsi sel Darah putih
Granulosit dan Monosit mempunyai peranan penting dalam perlindungan badan terhadap mikroorganisme. dengan kemampuannya sebagai fagosit (fago- memakan), mereka memakan bakteria hidup yang masuk ke sistem peredaran darah. melalui mikroskop adakalanya dapat dijumpai sebanyak 10-20 mikroorganisme tertelan oleh sebutir granulosit. pada waktu menjalankan fungsi ini mereka disebut fagosit. dengan kekuatan gerakan amuboidnya ia dapat bergerak bebas didalam dan dapat keluar pembuluh darah dan berjalan mengitari seluruh bagian tubuh. dengan cara ini ia dapat mengepung daerah yang terkena infeksi atau cidera, menangkap organisme hidup dan menghancurkannya, menyingkirkan bahan lain seperti kotoran-kotoran, serpihan-serpihan dan lainnya, dengan cara yang sama, dan sebagai granulosit memiliki enzim yang dapat memecah protein, yang memungkinkan merusak jaringan hidup, menghancurkan dan membuangnya.
Dengan cara ini jaringan yang sakit atau terluka dapat dibuang dan penyembuhannya dimungkinkan. Sebagai hasil kerja fagositik dari sel darah putih, peradangan dapat dihentikan sama sekali. Bila kegiatannya tidak berhasil dengan sempurna, maka dapat terbentuk nanah. Nanah beisi "jenazah" dari kawan dan lawan - fagosit yang terbunuh dalam kinerjanya disebut sel nanah. demikian juga terdapat banyak kuman yang mati dalam nanah itu dan ditambah lagi dengan sejumlah besar jaringan yang sudah mencair. dan sel nanah tersebut akan disingkirkan oleh granulosit yang sehat yang bekerja sebagai fagosit.

1                  1. Konsep Dasar Medis
1.1  Defenisi
Leukimia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan pembentuk darah (Prof. Dr. Iman, 1997). Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum tulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer, 2002).
Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain (Mansjoer, 2002). Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam sumsum tulang dan limfa nadi (Reeves, 2001).
Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas maka penulis berpendapat bahwa leukimia adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh proliferasi abnormal dari sel-sel leukosit yang menyebabkan terjadinya kanker pada alat pembentuk darah.
Sel darah normal, sel darah terbentuk di sumsum tulang. Tulang sumsum adalah bahan yang lembut di tengah sebagian besar tulang. Belum menghasilkan sel darah yang disebut sel batang dan ledakan. Sebagian besar sel darah matang di sumsum tulang dan kemudian pindah ke pembuluh darah. Darah mengalir melalui pembuluh darah dan jantung disebut darah perifer. Sumsum tulang membuat berbagai jenis darah sel. Setiap jenis memiliki fungsi khusus:
a)      Sel darah putih membantu melawan infeksi
b)      Sel darah merah membawa oksigen ke jaringan seluruh tubuh
c)       Trombosit membantu gumpalan darah terbentuk bahwa kontrol perdarahan
Sifat khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumusm tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal. Juga terjadi proliferasi di llllllhati, limpa dan nodus limfatikus, dan invasi organ non hematologis, seperti meninges, traktus gastrointesinal, ginjal dan kulit.
Jenis-jenis Leukemia
1.      Leukemia Mielogenus Akut (LMA)
LMA mengenai sel stem hematopeotik yang kelak berdiferensiasi ke semua sel Mieloid: monosit, granulosit, eritrosit, eritrosit dan trombosit. Semua kelompok usia dapat terkena; insidensi meningkat sesuai bertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik yang paling sering terjadi.
2.      Leukemia Mielogenus Kronis (LMK)
LMK juga di masukkan dalam sistem keganasan sel stem mieloid. Namun lebih banyak sel normal dibanding bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan. LMK jarang menyerang individu di bawah 20 tahun. Manifestasi mirip dengan gambaran LMA tetapi tanda dan gejala lebih ringan, pasien menunjukkan tanpa gejala selama bertahun-tahun, peningkatan leukosit kadang sampai jumlah yang luar biasa, limpa membesar.
3.      Leukemia Limfositik Akut (LLA)
LLA dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada anak-anak, laki-laki lebih banyak dibanding perempuan, puncak insiden usia 4 tahun, setelah usia 15 LLA jarang terjadi. Manifestasi limfosit immatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer, sehingga mengganggu perkembangan sel normal.
4.      Leukemia Limfositik Kronis (LLC)
LLC merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 sampai 70 tahun. Manifestasi klinis pasien tidak menunjukkan gejala, baru terdiagnosa saat pemeriksaan fisik atau penanganan penyakit lain.
1.2. Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia yaitu :
1.      Faktor genetik : virus tertentu meyebabkan terjadinya perubahan struktur gen ( T cell leukemia-lymphoma virus/HTLV).
2.      Radiasi ionisasi : lingkungan kerja, pranatal, pengobatan kanker sebelumnya.
3.      Terpapar zat-zat kimiawi seperti benzen, arsen, kloramfenikol, fenilbutazon, dan agen anti neoplastik.
4.      Obat-obat imunosupresif, obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol
5.      Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot
6.      Kelainan kromosom : Sindrom Bloom’s, trisomi 21 (Sindrom Down’s), Trisomi G (Sindrom Klinefelter’s), Sindrom fanconi’s, Kromosom Philadelphia positif, Telangiektasis ataksi.
Gejala penyakit leukemia biasanya ditandai dengan adanya anemia. Infeksi akan mudah atau sering terjadi karena sel darah putih tidak dapat berfungsi dengan baik, rasa sakit atau nyeri pada tulang, serta pendarahan yang sering terjadi karena darah sulit membeku. Jika tidak diobati, maka akan mengakibatkan leukemia akut dan akhirnya dapat menyebabkan kematian. Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu Leukemia biasanya mengenai sel-sel darah putih. Penyebab dari sebagian besar jenis leukemia tidak diketahui. Pemaparan terhadap penyinaran (radiasi) dan bahan kimia tertentu (misalnya benzena) dan pemakaian obat antikanker, meningkatkan resiko terjadinya leukemia. Orang yang memiliki kelainan genetik tertentu (misalnya sindroma Down dan sindroma Fanconi), juga lebih peka terhadap leukemia.
1.3              Patofisiologi
Normalnya tulang marrow diganti dengan tumor yang malignan, imaturnya sel blast. Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan platelet terganggu sehingga akan menimbulkan anemia dan trombositipenia. Sistem retikuloendotelial akan terpengaruh dan menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi. Manifestasi akan tampak pada gambaran gagalnya bone marrow dan infiltrasi organ, sistem saraf pusat. Gangguan pada nutrisi dan metabolisme. Depresi sumsum tulang yangt akan berdampak pada penurunan lekosit, eritrosit, faktor pembekuan dan peningkatan tekanan jaringan. Adanya infiltrasi pada ekstra medular akan berakibat terjadinya pembesaran hati, limfe, nodus limfe, dan nyeri persendian (Iman, 1997). ( 1 )
Leukemia limfoid, atau limfositik akut (Acute Lymphoid, lymphoicitic, leukemia [ALL]) adalah kanker jaringan yang menghasilkan leukosit. Dihasilkan leukosit yang imatur atau abnormal dalam jumlah berlebihan, dan leukosit- leukosit tersebut menyusup ke berbagai organ tubuh. Sel-sel leukemik menyusup ke dalam sumsum tulang, mengganti unsur-unsur sel yang normal. Akibatnya, timbul anemia, dan dihasilkan eritrosit dalam jumlah yang tidak mencukupi. Timbul perdarahan akibat menurunnya jumlah trombosit yang bersirkulasi. Infeksi juga terjadi lebih sering karena berkurangnya jumlah leukosit. Penyusupan sel-sel leukemik ke dalam organ-organ vital menimbulkan hepatomegali, splenomegali, dan limfadenopati.
Leukemia non limfoid akut ( Cute nonlymphoid leukemia [ANLL]) mencakup beberapa jenis leukemia berikut: leukemia mieloblastik akut, leukemia monoblastik akut, dan leukemia mielositik akut. Timbul disfungsi sumsum tulang, menyebabkan menurunnya jumlah eritrosit, neutrofil, dan trombosit. Sel-sel leukemik menyusupi limfonodus, limpa, hati, tulang dan system saraf pusat, selain organ-organ reproduksi. Kloroma atau sarcoma granulositik ditemukan pada sejumlah anak yang tekena (2)
1.4              Manifestasi Klinik
a.          Pilek tidak sembuh-sembuh.
b.         Pucat, lesu, mudah terstimulasi.
c.          Demam dan anorexia.
d.         Berat badan menurun.
e.          Ptechiae, memar tanpa sebab.
f.          Nyeri pada tulang dan persendian.
g.          Nyeri abdomen.
h.         Lumphedenopathy.
i.           Hepatosplenomegaly.
1.5              Pemeriksaan Penunjang
1.               Hitung darah lengkap : menunjukkan normositik, anemia normositik
2.               Hemoglobulin : dapat kurang dari 10 gr/100ml
3.                Retikulosit : jumlah biasaya rendah
4.               Trombosit : sangat rendah (< 50000/mm)
5.                SDP : mungkin lebih dari 50000/cm dengan peningkatan SDP immature
6.                 PTT : memanjang
7.                LDH : mungkin meningkat
8.               Asam urat serum : mungkin meningkat
9.                Muramidase serum : pengikatan pada leukemia monositik akut dan mielomonositik
10.            Copper serum : meningkat
11.           Zink serum : menurun
1.6           Pengobatan
1.6.1        Transfusi bila perlu
1.6.2        Pelaksanaan kemoterapi
Terdapat tiga fase pelaksanaan kemoterapi :
Ø  Fase induksi
Dimulasi 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan terapi kortikostreroid  (prednison), vincristin dan L-asparaginase. Fase induksi dinyatakan behasil jika tanda-tanda penyakit  berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum tulang ditemukan jumlah sel muda kurang dari 5%.
Ø  Fase Profilaksis Sistem saraf pusat, Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine dan hydrocotison melaui intrathecal untuk mencegah invsi sel leukemia ke otak. Terapi irradiasi kranial dilakukan hanya pada pasien leukemia yang mengalami gangguan sistem saraf pusat.
Ø  Konsolidasi , Pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan unutk mempertahankan remisis dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam tubuh. Secara berkala, mingguan atau bulanan dilakukan  pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon sumsum tulang terhadap pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka pengobatan dihentikan sementara atau dosis obat dikurangi.

1.7  Komplikasi
Berikut ini dapat dicermati komplikasi yang timbul pada leukemia:
1.      Anemia (kurang darah). Hal ini karena produksi sel darah merah kurang atau akibat perdarahan.
2.      Terinfeksi berbagai penyakt. Hal ini dikarenakan sel darh putih yang ada kurang berfungsi dengan baik meskipun jumlahnya berlebihan tetapi sudah berubah menjadi ganas sehingga tidak mampu melawan infeksi dan benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Disamping itu, pada leukemia, obat-obatan anti-leukemia menurunkan kekebalan.
3.      Perdarahan. Hal ini terjadi sebagai akibat penekanan sel leukemia pada sumsum tulang sehingga sel pembeku darah produksinya pun berkurang.
4.      Gangguan metabolism:
-          Berat badan turun,
-          Demam tanpa infeksi yang jelas,
-          Kalium dan kalsium darah meningkat malahan ada yang rendah serta
-          Gejala asidosis sebagai akibat asam laktat meningkat.
5.      Penyusupan sel-sel pada organ-organ:
-          Terlihat organ limpa membesar
-          Gejala gangguan saraf otak
-          Gangguan kesuburan, serta
-          Tanda-tanda bendungan pembuluh darah paru.
6. Berbagai komplikapada kehamilan apabila penderita hamil.

1.8  Pencegahan

Menurut riset, ternyata buah pisang dan jeruk dapat mencegah leukemia. Buah ini  diperkirakan dapat mencegah leukemia karena mengandung vitamin C yang merupakan antioksidan. Ini dapat mengurangi kerusakan DNA dan menghentikan proses tumbuhnya kanker. Pisang juga kaya akan kalium. Penelitian pada hewan menunjukkan bahwa kalium dapat menstabilkan DNA dan mengurangi angka mutasi. Selain dapat mencegah leukemia, menurut para ahli kunyit juga dapat mencegah kanker.


BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
A.     PENGKAJIAN DATA DASAR DAN FOKUS
Pengkajian tanggal       :                                                           JAM                 :
Tanggal MRS               :                                                           No.RM             :
Ruang/ kelas                :                                                           Dx Masuk        :                      
S. Informasi                 :                                  
A. Identitas
1)      Identitas pasien
Nama                                       :  Tn.P
Umur                                       : -
Jenis kelamin                           : L
Status perkawinan                    : -
Agama                                     : -
Suku                                        : -

B.   Riwayat Sakit Dan Kesehatan
a)      Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada penyakit leukemia ini klien biasanya lemah, lelah, wajah terlihat pucat, sakit kepala, anoreksia, muntah, sesak, nafas cepat.
b)      Riwayat penyakit
Pada riwayat penyakit klien dengan leukemia, kaji adanya tanda-tanda anemia yaitu pucat, kelemahan, sesak, nafas cepat. Kaji adanya tanda-tanda leucopenia yaitu demam dan adanya infeksi. Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia yaitu ptechiae, purpura, perdarahan membran mukosa. Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola yaitu limfadenopati, hepatomegali, splenomegali. Kaji adanya pembesaran testis. Kaji adanya hematuria, hipertensi, gagal ginjal, inflamasi disekitar rectal, nyeri ( Lawrence, 2003).
c)      Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya gangguan hematologis, adanya faktor herediter misal kembar monozigot.
C.   Pengkajian
1)      Pemeriksaan Fisik ROS (review of system)
Keadaan                      : lemas
Kesadaran                    : composmentis


2)      Tanda-tanda vital
TD           : biasanya 130/90 mmHg
SB           : 38,5 0C
N             : 110 X/menit
R             :  26X/ menit

3)      Pernafasan                              
(B1 BREATH) :  pola nafas                 :  -
                        Jenis                           :  -
                        Sesak nafas                :  -
                        Batuk berdahak          :  -
                        Masalah                    :  -
4)      Kardiovaskuler 
(B2 BLOOD) :           irama jantung   : takikardi
Bunyi jantung :  -
 CRT                :< dari 3 detik
Persyarafan      :-
Masalah             : ketidak mampuan jantung untuk memompa darah     keseluruh tubuh
5)      Persyarafan
(B3 BRAIN)  :           Pengindraan      
GCS                     : -
Gangguan Tidur   : -
Masalah              : -

Pengindraan    
Skelera                : -
Pendengaran        : -
Penciuman      
Bentuk normal                         : -
Gangguan penciuman  : -
Masalah                      : -

6)      Perkemihan     
(B4 BLADER)                       : -


MASALAH                           : -

7)      Pencernaan                 
(B5 BOWEL)                         : nafsu makan menurun : +
 porsi makan tidak habis : +
minum : 6 L / Hari
mulut dan tenggorokan
mulut : berbau
mukosa : kering
tenggorokan : sulit menelan

MASALAH                           :  kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi

8)      Muskuluskeletal/integumen     : kemampuan pergerakan sendi terbats
  Warna kulit pucat
 

MASALAH                           : keterbatasan aktivitas
9)      Endoktrin                                 : -

MASALAH                           : -
10)  Psikososial                               : -
/Spritual
MASALAH               : -


D.     DATA FOKUS
DATA SUBJEKTIF     :

DATA OBJEKTIF       :

RENPRA
NO
TGL
DIAGNOSA KEPERAWATAN

NOC
Nursing outcomes clasification
NIC
Nursing intervention classification
1
Diagnosa : ketidak seimbangan nutrisi kuranng dari kebutuhan tubuh(00002)
Label: domain 2 nutrisi
Kelas: 1 Ingesti
Definisi :  Asupan  nutrisi tidak mencukupi utuk memenuhi  kebutuhan metabolik
Batasan   karakteristik :
Data Subyektif :
·         Menolak makan
Data Obyektif :
Kurangnya minat terhadap makan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 hari
Diharapkan klien dapat merasakan kenyamanan.
Dengan criteria hasil
·         Status gizi : tingkat ketersediaan zat gizi untuk memenuhi kebutuhan metabolik
·         Selera makan : keinginan untuk makan ketika dalam keadaan sakit atau sedang menjalani pengobatan.

·  terapi nutrisi : pemberian makanan dan cairan untuk mendukung proses metabolik pasien atau beresiko tinggi terhadap mal nutrisi.
Bantuan perawatan diri : makan : membantu indifidu untuk makan.
2
Diagnosa : Penurunan Curah jantng  (00029)
Label: domain 4 Aktifita / Istirahat
Kelas: 4 Respon Kardiovaskuler/pulmoner
Definisi  Keadaan pompa darah oleh jantung yang tidak adekuat untuk mencapai               kebutuhan metabolisme tubuh.
Batasan   karakteristik :
Data Subyektif :
Ø  Perubahan kecepatan jantung/ irama
Ø  -Aritmia
Ø  -Bradikardi
      -Perubahan EKG
        - Palpitasi
         -Takikardi
Data Obyektif :
·         sianosis
·         hipoksia
·         hipoksemia
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 hari
Diharapkan klien dapat merasakan kenyamanan.
Dengan criteria hasil
·         Keefektifan pompa jantung: keadekuatan volume darah yg diejeksian dari ventrikel kiri untuk mendukung tekanan perfusi sistemik.
·         Status tanda-tanda vital:tingakat suhu,nadi,pernafasan,
dan tekanan darah dalam rentang normal
·  Perawatan jantung: membatasi komplikasi akibatketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen miokard pada pasien yang mengalami gejala kerusakan fngsi jantung.
·  Status tanda-tanda vital : mengumpul dan menganalisa data kardiovaskler,
pernapasa dan suhu tubuh untuk menentukan dan mencegah komplikasi

3
Diagnosa :  Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2  (00092)
Label: : 4 aktivitas istirahat
Kelas: 4 respon kardiovaskuler
Definisi : ketudakcukupan energi pisiologis dan psikologis untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas sehari-haari yang ingin atau harus dilakukan. 
Batasan Karakteristik
ketidaknyamanan atau dispnea saat beraktivitas
Data Subyektif:
·         Penurunan tekanan inspirasi dan ekspirasi
·         Melaporkan keletuhan atau kelemahan secara verbal  
Data Obyektif :
frekuensi jantung atau tekana darah tidak normal sebagai respon terhadap aktivitas
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 hari
Diharapkan klien dapat merasakan kenyamanan.
Dengan criteria hasil:
1.      toleransi aktivitas :
respon pisiologis terhadapn gerakan yang memakan energi dalam aktivitas sehari-hari
2.      Penghematan energi : tindakan individu dalam mengolah energi untuk memulai dan menyelesaikan aktivitas.
3.      Kebugaran fisik : pelaksaan aktivitas fisik yang penuh vitalitas

1.      terapi aktivitas : memberi anjuran dan bantuan dalam aktivitas fisik, sosial, spiritual yang spesifik.
2.      Managemen energi :  mengatur penggunaan energi untuk mengatasi atau cegah kelelahan dan mengoptimalkan fungsi.
3.      Terapi latihan fisik : mobilisasi sendi : menggunakan gerakan tubuh aktif atau pasif untuk mempertahankan atau memperbaiki fleksibilitas sendi 







Tidak ada komentar:

Posting Komentar