ASUHAN KEPERAWATAN LEUKIMIA
ANATOMI FISIOLOGI
a A. Anatomi
Sel darah putih, leukosit adalah sel yang membentuk komponen darah. Sel darah putih ini berfungsi
untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai
bagian dari sistem
kekebalan tubuh. Sel darah putih tidak berwarna, memiliki inti, dapat
bergerak secara amoebeid, dan dapat menembus dinding kapiler / diapedesis.
Dalam keadaan normalnya terkandung 4x109 hingga 11x109
sel darah putih di dalam seliter darah
manusia dewasa yang sehat - sekitar 7000-25000 sel per tetes. Dalam setiap
milimeter kubil darah terdapat 6000 sampai 10000(rata-rata 8000) sel darah
putih .Dalam kasus leukemia,
jumlahnya dapat meningkat hingga 50000 sel per tetes. Di dalam tubuh, leukosit
tidak berasosiasi secara ketat dengan organ atau jaringan tertentu,
mereka bekerja secara independen seperti organisme
sel tunggal. Leukosit mampu bergerak secara bebas dan berinteraksi dan
menangkap serpihan seluler, partikel asing, atau mikroorganisme penyusup.
Selain itu, leukosit tidak bisa membelah diri atau bereproduksi dengan
cara mereka sendiri, melainkan mereka adalah produk dari sel punca
hematopoietic pluripotent yang ada pada sumsum tulang. Leukosit
turunan meliputi: sel
NK, sel
biang, eosinofil, basofil, dan fagosit termasuk makrofaga, neutrofil, dan sel dendritik. Ada
beberapa jenis sel darah putih yang disebut granulosit atau sel
polimorfonuklear yaitu:
1.
Limfosit
B.
Fisiologi
F fisiologi
sel darah manusia
1.
Leukosit
Leukosit adalah sel darah berinti. Di dalam darah manusia, jumlah
normal leukosit rata-rata 5000-9000 sel/mm3, bila jumlahnya lebih dari 12000,
keadaan ini disebut leukositosis, bila kurang dari 5000 disebut leukopenia.
Dilihat dalam mikroskop cahaya maka sel darah putih mempunyai granula spesifik
(granulosit), yang dalam keadaan hidup berupa tetesan setengah cair, dalam
sitoplasmanya dan mempunyai bentuk inti yang bervariasi, yang tidak mempunyai granula, sitoplasmanya homogen dengan
inti bentuk bulat atau bentuk ginjal.
Terdapat dua jenis leukosit agranuler : limfosit sel kecil, sitoplasma sedikit, monosit sel agak besar mengandung sitoplasma lebih banyak. Terdapat tiga
jenis leukosir granuler: Neutrofil, Basofil, dan Asidofil (eosinofil) yang
dapat dibedakan dengan afinitas granula terhadap zat warna netral basa dan
asam. Granula dianggap spesifik bila ia secara tetap terdapat dalam jenis
leukosit tertentu dan pada sebagian besar precursor (pra zatnya). Meski
masing-masing jenis sel terdapat dalam sirkulasi darah, leukosit tidak secara
acak terlihat dalam eksudat, tetapi tampak sebagai akibat sinyal-sinyal
kemotaktik khusus yang timbul dalam berkembangnya proses peradangan. (Effendi,
2003)
Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral organisme
terhadap zat-zat asingan. Ketika viskositas darah meningkat dan aliran lambat,
leukosit mengalami marginasi, yakni bergerak ke arah perifer sepanjang
pembuluh darah. Kemudian melekat pada endotel dan melakukan gerakan
amuboid. Melalui proses diapedesis, yakni kemampuan leukosit untuk
menyesuaikan dgn lubang kecil lekosit, dapat
meninggalkan kapiler dengan menerobos antara sel-sel endotel dan menembus
kedalam jaringan penyambung. Pergerakan leukosit di daerah intertisial pada
jaringan meradang setelah leukosit beremigrasi, atau disebut kemotaktik terarah
oleh sinyal kimia. (Effendi, 2003).
Jumlah leukosit per mikroliter darah, pada orang dewasa normal adalah
4000-11000, waktu lahir 15000-25000, dan menjelang hari ke empat turun sampai
12000, pada usia 4 tahun sesuai jumlah normal. Variasi kuantitatif dalam
sel-sel darah putih tergantung pada usia. waktu lahir, 4 tahun dan pada usia 14
-15 tahun persentase khas dewasa tercapai. (Effendi, 2003).
Fungsi sel
Darah putih
Granulosit
dan Monosit mempunyai peranan penting dalam perlindungan badan terhadap
mikroorganisme. dengan kemampuannya sebagai fagosit (fago- memakan), mereka
memakan bakteria hidup
yang masuk ke sistem
peredaran darah. melalui mikroskop adakalanya dapat dijumpai sebanyak 10-20
mikroorganisme tertelan
oleh sebutir granulosit. pada
waktu menjalankan fungsi ini mereka disebut fagosit. dengan kekuatan gerakan
amuboidnya ia dapat bergerak bebas didalam dan dapat keluar pembuluh darah dan
berjalan mengitari seluruh bagian tubuh. dengan cara ini ia dapat mengepung
daerah yang terkena infeksi atau cidera, menangkap organisme hidup dan
menghancurkannya, menyingkirkan bahan lain seperti kotoran-kotoran,
serpihan-serpihan dan lainnya, dengan cara yang sama, dan sebagai granulosit
memiliki enzim yang dapat memecah protein, yang memungkinkan merusak jaringan
hidup, menghancurkan dan membuangnya.
Dengan
cara ini jaringan yang sakit atau terluka dapat dibuang dan penyembuhannya
dimungkinkan. Sebagai hasil kerja fagositik dari sel darah putih, peradangan
dapat dihentikan sama sekali. Bila kegiatannya tidak berhasil dengan sempurna,
maka dapat terbentuk nanah. Nanah beisi "jenazah"
dari kawan dan lawan - fagosit yang terbunuh dalam kinerjanya disebut sel nanah. demikian juga terdapat banyak kuman yang mati dalam nanah itu dan
ditambah lagi dengan sejumlah besar jaringan yang sudah mencair. dan sel nanah
tersebut akan disingkirkan oleh granulosit yang sehat yang bekerja sebagai
fagosit.
1 1. Konsep Dasar
Medis
1.1
Defenisi
Leukimia
adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan pembentuk
darah (Prof. Dr. Iman, 1997).
Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam
sumsum tulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer, 2002).
Leukimia
adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio
patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum
tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh
yang lain (Mansjoer, 2002). Leukemia
adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam sumsum
tulang dan limfa nadi (Reeves, 2001).
Berdasarkan
dari beberapa pengertian diatas maka penulis berpendapat bahwa leukimia adalah
suatu penyakit yang disebabkan oleh proliferasi abnormal dari sel-sel leukosit
yang menyebabkan terjadinya kanker pada alat pembentuk darah.
Sel darah
normal, sel darah terbentuk di sumsum tulang. Tulang sumsum adalah bahan yang
lembut di tengah sebagian besar tulang. Belum menghasilkan sel darah yang
disebut sel batang dan ledakan. Sebagian besar sel darah matang di sumsum
tulang dan kemudian pindah ke pembuluh darah. Darah mengalir melalui pembuluh
darah dan jantung disebut darah perifer. Sumsum tulang membuat berbagai jenis
darah sel. Setiap jenis memiliki fungsi khusus:
a) Sel
darah putih membantu melawan infeksi
b) Sel
darah merah membawa oksigen ke jaringan seluruh tubuh
c)
Trombosit membantu gumpalan darah terbentuk bahwa kontrol perdarahan
Sifat khas
leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam
sumusm tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal. Juga terjadi
proliferasi di llllllhati, limpa dan nodus limfatikus, dan invasi organ non
hematologis, seperti meninges, traktus gastrointesinal, ginjal dan kulit.
Jenis-jenis Leukemia
1.
Leukemia Mielogenus Akut (LMA)
LMA mengenai sel stem hematopeotik yang kelak
berdiferensiasi ke semua sel Mieloid: monosit, granulosit, eritrosit, eritrosit
dan trombosit. Semua kelompok usia dapat terkena; insidensi meningkat sesuai
bertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik yang paling sering terjadi.
2.
Leukemia Mielogenus Kronis (LMK)
LMK juga di masukkan dalam sistem keganasan sel stem
mieloid. Namun lebih banyak sel normal dibanding bentuk akut, sehingga penyakit
ini lebih ringan. LMK jarang menyerang individu di bawah 20 tahun. Manifestasi
mirip dengan gambaran LMA tetapi tanda dan gejala lebih ringan, pasien
menunjukkan tanpa gejala selama bertahun-tahun, peningkatan leukosit kadang
sampai jumlah yang luar biasa, limpa membesar.
3.
Leukemia Limfositik Akut (LLA)
LLA dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering
terjadi pada anak-anak, laki-laki lebih banyak dibanding perempuan, puncak
insiden usia 4 tahun, setelah usia 15 LLA jarang terjadi. Manifestasi limfosit
immatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer, sehingga
mengganggu perkembangan sel normal.
4. Leukemia Limfositik Kronis (LLC)
LLC
merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 sampai 70 tahun.
Manifestasi klinis pasien tidak menunjukkan gejala, baru terdiagnosa saat
pemeriksaan fisik atau penanganan penyakit lain.
1.2.
Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat
faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia yaitu :
1.
Faktor genetik : virus tertentu meyebabkan terjadinya
perubahan struktur gen ( T cell leukemia-lymphoma virus/HTLV).
2.
Radiasi ionisasi : lingkungan kerja, pranatal, pengobatan
kanker sebelumnya.
3.
Terpapar zat-zat kimiawi seperti benzen, arsen,
kloramfenikol, fenilbutazon, dan agen anti neoplastik.
4.
Obat-obat imunosupresif, obat karsinogenik seperti
diethylstilbestrol
5.
Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot
6.
Kelainan kromosom : Sindrom Bloom’s, trisomi 21 (Sindrom
Down’s), Trisomi G (Sindrom Klinefelter’s), Sindrom fanconi’s, Kromosom
Philadelphia positif, Telangiektasis ataksi.
Gejala
penyakit leukemia biasanya ditandai dengan adanya anemia. Infeksi akan mudah
atau sering terjadi karena sel darah putih tidak dapat berfungsi dengan baik,
rasa sakit atau nyeri pada tulang, serta pendarahan yang sering terjadi karena
darah sulit membeku. Jika tidak diobati, maka akan mengakibatkan leukemia akut
dan akhirnya dapat menyebabkan kematian. Penyebab yang pasti belum diketahui,
akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia,
yaitu Leukemia biasanya mengenai sel-sel darah putih. Penyebab dari sebagian
besar jenis leukemia tidak diketahui. Pemaparan terhadap penyinaran (radiasi)
dan bahan kimia tertentu (misalnya benzena) dan pemakaian obat antikanker,
meningkatkan resiko terjadinya leukemia. Orang yang memiliki kelainan genetik
tertentu (misalnya sindroma Down dan sindroma Fanconi), juga lebih peka
terhadap leukemia.
1.3
Patofisiologi
Normalnya tulang marrow diganti
dengan tumor yang malignan, imaturnya sel blast. Adanya proliferasi sel blast,
produksi eritrosit dan platelet terganggu sehingga akan menimbulkan anemia dan
trombositipenia. Sistem retikuloendotelial akan terpengaruh dan menyebabkan
gangguan sistem pertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi. Manifestasi akan
tampak pada gambaran gagalnya bone marrow dan infiltrasi organ, sistem saraf
pusat. Gangguan pada nutrisi dan metabolisme. Depresi sumsum tulang yangt akan
berdampak pada penurunan lekosit, eritrosit, faktor pembekuan dan peningkatan
tekanan jaringan. Adanya infiltrasi pada ekstra medular akan berakibat
terjadinya pembesaran hati, limfe, nodus limfe, dan nyeri persendian (Iman,
1997). ( 1 )
Leukemia limfoid, atau limfositik
akut (Acute Lymphoid, lymphoicitic, leukemia [ALL]) adalah kanker jaringan yang
menghasilkan leukosit. Dihasilkan leukosit yang imatur atau abnormal dalam
jumlah berlebihan, dan leukosit- leukosit tersebut menyusup ke berbagai organ
tubuh. Sel-sel leukemik menyusup ke dalam sumsum tulang, mengganti unsur-unsur
sel yang normal. Akibatnya, timbul anemia, dan dihasilkan eritrosit dalam
jumlah yang tidak mencukupi. Timbul perdarahan akibat menurunnya jumlah
trombosit yang bersirkulasi. Infeksi juga terjadi lebih sering karena
berkurangnya jumlah leukosit. Penyusupan sel-sel leukemik ke dalam organ-organ
vital menimbulkan hepatomegali, splenomegali, dan limfadenopati.
Leukemia non limfoid akut ( Cute
nonlymphoid leukemia [ANLL]) mencakup beberapa jenis leukemia berikut: leukemia
mieloblastik akut, leukemia monoblastik akut, dan leukemia mielositik akut.
Timbul disfungsi sumsum tulang, menyebabkan menurunnya jumlah eritrosit, neutrofil,
dan trombosit. Sel-sel leukemik menyusupi limfonodus, limpa, hati, tulang dan
system saraf pusat, selain organ-organ reproduksi. Kloroma atau sarcoma
granulositik ditemukan pada sejumlah anak yang tekena (2)
1.4
Manifestasi
Klinik
a.
Pilek tidak sembuh-sembuh.
b.
Pucat, lesu, mudah terstimulasi.
c.
Demam dan anorexia.
d.
Berat badan menurun.
e.
Ptechiae, memar tanpa sebab.
f.
Nyeri pada tulang dan persendian.
g.
Nyeri abdomen.
h.
Lumphedenopathy.
i.
Hepatosplenomegaly.
1.5
Pemeriksaan Penunjang
1.
Hitung darah lengkap : menunjukkan normositik,
anemia normositik
2.
Hemoglobulin : dapat kurang dari 10
gr/100ml
3.
Retikulosit : jumlah biasaya rendah
4.
Trombosit : sangat rendah (<
50000/mm)
5.
SDP : mungkin lebih dari 50000/cm dengan
peningkatan SDP immature
6.
PTT : memanjang
7.
LDH : mungkin meningkat
8.
Asam urat serum : mungkin meningkat
9.
Muramidase serum : pengikatan
pada leukemia monositik akut dan mielomonositik
10.
Copper serum : meningkat
11.
Zink serum : menurun
1.6
Pengobatan
1.6.1
Transfusi bila perlu
1.6.2
Pelaksanaan kemoterapi
Terdapat tiga fase pelaksanaan kemoterapi :
Ø
Fase induksi
Dimulasi 4-6 minggu setelah diagnosa
ditegakkan. Pada fase ini diberikan terapi kortikostreroid (prednison),
vincristin dan L-asparaginase. Fase induksi dinyatakan behasil jika tanda-tanda
penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum tulang ditemukan
jumlah sel muda kurang dari 5%.
Ø
Fase Profilaksis Sistem saraf pusat,
Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine dan hydrocotison melaui
intrathecal untuk mencegah invsi sel leukemia ke otak. Terapi irradiasi kranial
dilakukan hanya pada pasien leukemia yang mengalami gangguan sistem saraf
pusat.
Ø
Konsolidasi , Pada fase ini
kombinasi pengobatan dilakukan unutk mempertahankan remisis dan mengurangi
jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam tubuh. Secara berkala, mingguan atau
bulanan dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon sumsum
tulang terhadap pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka pengobatan
dihentikan sementara atau dosis obat dikurangi.
1.7
Komplikasi
Berikut
ini dapat dicermati komplikasi yang timbul pada leukemia:
1.
Anemia (kurang darah). Hal ini karena produksi sel darah
merah kurang atau akibat perdarahan.
2.
Terinfeksi berbagai penyakt. Hal ini dikarenakan sel darh
putih yang ada kurang berfungsi dengan baik meskipun jumlahnya berlebihan
tetapi sudah berubah menjadi ganas sehingga tidak mampu melawan infeksi dan
benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Disamping itu, pada leukemia,
obat-obatan anti-leukemia menurunkan kekebalan.
3.
Perdarahan. Hal ini terjadi sebagai akibat penekanan sel
leukemia pada sumsum tulang sehingga sel pembeku darah produksinya pun
berkurang.
4.
Gangguan metabolism:
-
Berat badan turun,
-
Demam tanpa infeksi yang jelas,
-
Kalium dan kalsium darah meningkat malahan ada yang rendah serta
-
Gejala asidosis sebagai akibat asam laktat meningkat.
5.
Penyusupan sel-sel pada organ-organ:
-
Terlihat organ limpa membesar
-
Gejala gangguan saraf otak
-
Gangguan kesuburan, serta
-
Tanda-tanda bendungan pembuluh darah paru.
6.
Berbagai komplikapada kehamilan apabila penderita hamil.
1.8
Pencegahan
Menurut riset,
ternyata buah pisang dan jeruk dapat mencegah leukemia. Buah ini
diperkirakan dapat mencegah leukemia karena mengandung vitamin C yang
merupakan antioksidan. Ini dapat mengurangi kerusakan DNA dan menghentikan
proses tumbuhnya kanker. Pisang juga kaya akan kalium. Penelitian pada hewan
menunjukkan bahwa kalium dapat menstabilkan DNA dan mengurangi angka
mutasi. Selain dapat mencegah leukemia, menurut para ahli kunyit
juga dapat mencegah kanker.
BAB
IV
ASUHAN
KEPERAWATAN
A.
PENGKAJIAN DATA DASAR DAN
FOKUS
Pengkajian
tanggal : JAM :
Tanggal
MRS : No.RM :
Ruang/
kelas : Dx
Masuk :
S. Informasi :
A.
Identitas
1)
Identitas
pasien
Nama :
Tn.P
Umur : -
Jenis
kelamin : L
Status
perkawinan : -
Agama : -
Suku : -
B.
Riwayat
Sakit Dan Kesehatan
a)
Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada
penyakit leukemia ini klien biasanya lemah,
lelah, wajah terlihat pucat, sakit kepala, anoreksia, muntah, sesak, nafas
cepat.
b)
Riwayat
penyakit
Pada
riwayat penyakit klien dengan leukemia, kaji adanya
tanda-tanda anemia yaitu pucat, kelemahan, sesak, nafas cepat. Kaji adanya tanda-tanda leucopenia yaitu demam dan adanya infeksi. Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia yaitu
ptechiae,
purpura,
perdarahan membran mukosa. Kaji adanya
tanda-tanda invasi ekstra medulola yaitu limfadenopati, hepatomegali, splenomegali. Kaji adanya pembesaran testis. Kaji adanya hematuria, hipertensi, gagal ginjal, inflamasi
disekitar rectal, nyeri ( Lawrence, 2003).
c)
Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya gangguan hematologis,
adanya faktor herediter misal kembar monozigot.
C.
Pengkajian
1)
Pemeriksaan
Fisik ROS (review of system)
Keadaan : lemas
Kesadaran : composmentis
2)
Tanda-tanda
vital
TD : biasanya 130/90 mmHg
SB : 38,5 0C
N :
110 X/menit
R :
26X/ menit
3) Pernafasan
(B1 BREATH) : pola
nafas : -
Jenis
: -
Sesak nafas : -
Batuk berdahak : -
Masalah : -
4)
Kardiovaskuler
(B2
BLOOD) : irama
jantung : takikardi
Bunyi jantung : -
CRT :< dari 3 detik
Persyarafan :-
Persyarafan :-
Masalah : ketidak mampuan jantung untuk memompa darah keseluruh tubuh
5)
Persyarafan
(B3 BRAIN) : Pengindraan
GCS : -
Gangguan Tidur : -
Masalah : -
Pengindraan
Skelera : -
Pendengaran : -
Penciuman
Bentuk normal :
-
Gangguan penciuman : -
Masalah : -
6)
Perkemihan
(B4 BLADER) : -
MASALAH : -
7)
Pencernaan
(B5 BOWEL) : nafsu makan menurun : +
porsi makan tidak habis : +
minum
: 6 L / Hari
mulut
dan tenggorokan
mulut
: berbau
mukosa
: kering
tenggorokan
: sulit menelan
MASALAH : kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi
8)
Muskuluskeletal/integumen : kemampuan pergerakan sendi terbats
Warna kulit pucat
MASALAH :
keterbatasan aktivitas
9)
Endoktrin : -
MASALAH :
-
10)
Psikososial : -
/Spritual
MASALAH : -
D.
DATA
FOKUS
DATA
SUBJEKTIF :
DATA
OBJEKTIF :
RENPRA
NO
TGL
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
NOC
Nursing outcomes clasification
|
NIC
Nursing intervention classification
|
1
|
Diagnosa : ketidak seimbangan nutrisi
kuranng dari kebutuhan tubuh(00002)
Label: domain 2
nutrisi
Kelas: 1 Ingesti
Definisi :
Asupan
nutrisi tidak mencukupi utuk memenuhi
kebutuhan metabolik
Batasan karakteristik
:
Data Subyektif
:
·
Menolak makan
Data Obyektif :
Kurangnya
minat terhadap makan
|
Setelah dilakukan
asuhan keperawatan selama 2 hari
Diharapkan klien
dapat merasakan kenyamanan.
Dengan criteria hasil
·
Status gizi : tingkat
ketersediaan zat gizi untuk memenuhi kebutuhan metabolik
·
Selera makan :
keinginan untuk makan ketika dalam keadaan sakit atau sedang menjalani
pengobatan.
|
· terapi nutrisi
: pemberian makanan dan cairan untuk mendukung proses metabolik pasien atau
beresiko tinggi terhadap mal nutrisi.
Bantuan perawatan
diri : makan : membantu indifidu untuk makan.
|
2
|
Diagnosa
: Penurunan Curah jantng (00029)
Label:
domain 4 Aktifita / Istirahat
Kelas:
4 Respon
Kardiovaskuler/pulmoner
Definisi
Keadaan pompa darah oleh jantung yang tidak
adekuat untuk mencapai
kebutuhan metabolisme tubuh.
Batasan karakteristik :
Data
Subyektif
:
Ø Perubahan kecepatan jantung/ irama
Ø
-Aritmia
Ø
-Bradikardi
-Perubahan EKG
- Palpitasi
-Takikardi
Data
Obyektif :
·
sianosis
·
hipoksia
·
hipoksemia
|
Setelah
dilakukan asuhan keperawatan selama 2 hari
Diharapkan
klien dapat merasakan kenyamanan.
Dengan
criteria hasil
·
Keefektifan pompa jantung: keadekuatan volume darah
yg diejeksian dari ventrikel kiri untuk mendukung tekanan perfusi sistemik.
·
Status
tanda-tanda vital:tingakat suhu,nadi,pernafasan,
dan
tekanan darah dalam rentang normal
|
·
Perawatan
jantung: membatasi komplikasi akibatketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen miokard pada pasien yang mengalami gejala kerusakan fngsi
jantung.
·
Status
tanda-tanda vital : mengumpul dan menganalisa data kardiovaskler,
pernapasa
dan suhu tubuh untuk menentukan dan mencegah komplikasi
|
3
|
Diagnosa
: Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan O2
(00092)
Label:
: 4
aktivitas istirahat
Kelas:
4
respon kardiovaskuler
Definisi
:
ketudakcukupan energi pisiologis dan psikologis untuk melanjutkan atau
menyelesaikan aktivitas sehari-haari yang ingin atau harus dilakukan.
Batasan
Karakteristik
ketidaknyamanan atau
dispnea saat beraktivitas
Data
Subyektif:
·
Penurunan
tekanan inspirasi dan ekspirasi
·
Melaporkan
keletuhan atau kelemahan secara verbal
Data
Obyektif :
frekuensi jantung atau
tekana darah tidak normal sebagai respon terhadap aktivitas
|
Setelah
dilakukan asuhan keperawatan selama 2 hari
Diharapkan
klien dapat merasakan kenyamanan.
Dengan
criteria hasil:
1.
toleransi
aktivitas :
respon
pisiologis terhadapn gerakan yang memakan energi dalam aktivitas sehari-hari
2.
Penghematan
energi : tindakan individu dalam mengolah energi untuk memulai dan
menyelesaikan aktivitas.
3.
Kebugaran
fisik : pelaksaan aktivitas fisik yang penuh vitalitas
|
1.
terapi
aktivitas : memberi anjuran dan bantuan dalam aktivitas fisik, sosial,
spiritual yang spesifik.
2.
Managemen
energi : mengatur penggunaan energi
untuk mengatasi atau cegah kelelahan dan mengoptimalkan fungsi.
3.
Terapi
latihan fisik : mobilisasi sendi : menggunakan gerakan tubuh aktif atau pasif
untuk mempertahankan atau memperbaiki fleksibilitas sendi
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar